JAKARTA – Sebelum bertolak dari Jakarta, ribuan pemudik asal Jawa Tengah melakukan upacara bendera memperingati Hari Lahir Pancasila, di area parkir Museum Purna Bhakti Pertiwi TMII Jakarta, Sabtu (1/6/2019). Upacara berlangsung santai namun khidmat. Bahkan ada yang mengaku baru kali ini mengikuti upacara bendera setelah dua puluh tahun lebih tidak turut serta.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yang terjun langsung sebagai pembina upacara mengagumi kesederhanaan pelaksanaan upacara yang berlangsung. Warna-warni sikap, gaya hingga tampilan masyarakat saat upacara menjadi bukti keberagaman Tanah Air.

“Bahkan tadi ada yang bilang sudah 20 tahun tidak ikut upacara bendera. Ini kan luar biasa. Tadi dikasih aba-aba siap, malah leyeh-leyeh, diaba-aba istirahat di tempat malah jongkok. Tidak apa-apa, itulah cara mereka membuktikan kecintaan mereka kepada negara dan Pancasila,” katanya.

Ganjar mengatakan, di manapun tempat dan kondisinya, semua warga negara Indonesia wajib mencintai Pancasila. Sebagai salah satu bukti cinta itu, meskipun hari ini bakal mudik ke Jateng tapi tetap melaksanakan upacara peringatan Hari Lahir Pancasila.

“Inilah cara rakyat upacara memperingati hari Lahir Pancasila. Kita tidak peduli di manapun berada, kita buktikan kita mencintai Pancasila. Tidak peduli di gedung-gedung, di perkantoran tapi mau mudik pun kita merayakan hari lahir Pancasila. Inilah wong Jawa Tengah, jos gandos. Ketemu penjajah tidak, tinggal menikmati kemerdekaan dan merawat. Ketemu Londo tidak, cuma ketemu bule. Ketemu Jepang juga tidak, cuma naiki motornya,” paparnya.

Sedianya Ganjar memimpin upacara peringatan Hari Lahir Pancasila di Kantor Gubernur Jateng, karena sesuai dengan edaran Mendagri, upacara tersebut mesti dilakukan seluruh instansi pemerintahan. Namun, Ganjar memilih untuk melaksanakan upacara bendera bersama ribuan pemudik asal Jateng di Jakarta.

“Saya juga telah bilang sama Mendagri saya akan upacara bareng pemudik, bareng rakyat yang mau pulang kampung. Karena bertepatan mau melepas pemudik,” beber mantan anggota DPR RI ini.

Panasnya saat upacara, kata Ganjar, tidak seberapa rasanya jika dibandingkan perjuangan para pendiri bangsa. Menurutnya, dengan memahami perjuangan dan penderitaan para pejuang, semangat persatuan bernegara akan semakin bermekaran.

“Kita semua yang akan mempertahankan selamanya, tidak ada seorang pun yang boleh dan bisa merobek-robek. Siap membela NKRI? Sampeyan bisa dipecah belah? Kita harus menghormati pendiri bangsa yang susah payah telah melahirkan Indonesia dan kita bisa menikmati itu,” ujarnya.

Yang penting, lanjut alumnus UGM ini, tetap cinta Indonesia dan Pancasila. Rasa cinta itu, mampu mengalahkan apapun. Memperingati dan merayakan hari lahir Pancasila pada 1 Juni merupakan sebuah keniscayaan karena para pendiri bangsa telah berhasil menggali fundamental bangsa ini.

“Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Mudik ini ada cerminan gotong royong, semua membantu, semua gotong royong. Mrenges kabeh (senyum lebar semua), yang kemarin beda ayo dirangkul ora usah padha padu (tak perlu saling bertengkar), ora usah caci maki. Yang beda pilihan sudah selesai, sudah saatnya kembali bersatu. Mari kita amalkan seluruh spirit Pancasila,” ajaknya.

Sebagian besar para pemudik yang ikut upacara bendera peringatan Hari Lahir Pancasila itu, memang mrenges karena canda serta semangat yang ditebarkan Ganjar. Ali Khomsun, salah satunya. Pemudik asal Banyumas yang membawa istri dan dua anaknya yang mengaku sudah dua puluh tahun lebih tidak ikut upacara bendera.

“Ini karena memperingati hari lahir Pancasila ya harus mematuhi kewajibannya untuk menghormati Pancasila. Bisa menunjukkan kebangsaan. Meskipun mencintai itu hak individu, tapi kalau mencintai negara dan Pancasila jadi kewajiban warga negara. Kalau saya memang dua puluh tahun lebih tidak ikut upacara, rasanya ini senang dan gimana gitu, apalagi tadi ada nyanyi Garuda Pancasila,” ungkapnya.

Penulis : Ib, Humas Jateng

Editor : Ul, Diskominfo Jateng

Foto : Sl, Humas Jateng